(0341)567475 sastra@um.ac.id
Wayang Krucil Desa Gondowangi Aset Budaya Bangsa

Wayang Krucil Desa Gondowangi Aset Budaya Bangsa

Wayang Krucil yang ada di Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, di Nganjuk disebut Wayang Thimplong, seperti yang dituturkan oleh Anita Oktariyani, mahasiswa Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Wayang Thimplong merupakan kesenian asli Kabupaten Nganjuk, tepatnya di Desa Jetis, dan Bongkal, Kecamatan Pace, yang memiliki keunikan menyerupai wayang krucil di Malang, yakni badan wayang terbuat dari kayu pohon menthaos, atau pohon pule, sedangkan tangannya terbuat dari kulit binatang. Wayang ini dinamakan Wayang Thimplong karena waktu pementasan hanya diiringi dengan beberapa alat musik, antara lain, gong, gambang, kendang, rebab, dan kenong. Perpaduan alat musik tersebut kalau dimainkan berbunyi dan terdengar seperti bunyi plong plong plong atau ketimplong ketimplong sehingga wayang ini disebutlah Wayang Thimplong.
Perwujudan tokoh raja dalam wayang thimplong atau wayang krucil ini digambarkan dengan pewarakan ramping, mata liyepanhidung wali miring, wajah berwarna putih, dan menggunakan mahkota. Tokoh kesatria, digambarkan dengan pewarakan ramping, mata liyepan, hidung wali miring, wajah berwarna putih. Tokoh putren/wanita digambarkan dengan pewarakan ramping, hidung wali miring, mata liyepan, wajah berwarna putih, dan memakai kemben. Tokoh sabrang digambarkan berperawakan lebih besar, mata plelengan, wajah berwarna merah, hidung bentulan, dan mulutmengenges atau Gusen II.
Apabil disimak dari makna simbolisme tokoh wayang Thimplong/krucil dari bentuk dan warna, tokoh raja menyimbolkan tokoh berkarakter luhur dan agung. Tokoh kesatria, menyimbolkan tokoh berkarakter tenang dan agung. Tokoh putren/wanita luhur dan agung. Tokoh sabrang menyimbolkan karakter yang keras dan sombong. Simbolisme warna merah adalah emosi, warna putih berarti jiwa yang murni, dan warna hitam berarti sisi gelap, keteguhan, dan misteri.
Jumlah tokoh wayang krucil di Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang sebanyak 75 buah, namun demikian yang 3 buah telah rusak (patah) karena telah berumur ratusan tahun, sedangkan 72 buah sisanya masih utuh dapat dikenali kondisi aslinya, walaupun pewarnaannya sudah pernah dicat ulang. Beruntung ada sebagian orang yang masih mau peduli terhadap kesenian ini. Salah satunya adalah Bapak Sugondo. Beliau sehari-hari bekerja sebagai staff perpustakaan Fakultas Sastra Unversitas Negeri Malang. Dan Anita yang merupakan mahasiswa peduli terhadap budaya merasa tertantang untuk melakukan penelitian yang nantinya dijadikan sebagai bahan tugas skripsinya. Semoga masih ada yang peduli terhadap kebudayaan bangsa kita terutama yang berasal dari Malang.
DSC01914-620x413

 

Artis Stand Up Comedy di Fakultas Sastra

Artis Stand Up Comedy di Fakultas Sastra

Pada hari Selasa, 3 Mei 2016 kemarin, salah satu wadah organisasi mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang  “LEGATO” mengadakan sebuah kegiatan bertajuk Vociferous Consortium. Dan salah satu acara yang ditunggu oleh para mahasiswa adalah tampilnya sang Ketua Jurusan Sastra Inggris Pak Dr. Johannes AP, M.Ed dalam acara Stand Up Comedy yang tentunya sudah tidak asing ditelinga para mahasiswa. Dengan joke-joke ringan yang beliau tampikan mahasiswa dibuat tertawa terpingkal-pingkal.

http://oyibanget.com/kajur-sastra-inggris-um-siap-kocok-perut-mahasiswanya-lewat-stand-up-comedy-di-legato-night/

Indahnya Batik Produksi Desa Sendang Duwur

Indahnya Batik Produksi Desa Sendang Duwur

Alaiyal Hikmah mahasiswa Prodi Pend. Seni Rupa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang melakukan penelitian tentang motif batik bandheng lele dari desa Sendhang Duwur. Dan menjadikannya sebagai judul skripsi yang juga sudah di ujikan pada tanggal 2 Mei 2016 lalu di Gedung E8.206. Dengan pembimbing Ike Ratnawati,S.Pd, M.Pd serta penguji Dr. Ponimin, M.Hum dan Drs. AAG Rai Arimbawa, M.Sn. Alaiyal Hikmah mencoba mempresentasikan hasil karya dari desa Sendang Duwur tersebut. Selamat kepada Alaiyal , semoga ilmu yang didapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat meningkatkan rasa kecintaan kita pada hasil karya anak bangsa.

Melestarikan Budaya Sejak Usia Dini

Melestarikan Budaya Sejak Usia Dini

Para siswa SMPN 2 Garum Blitar belajar tari topeng bapang sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya Indonesia. Itulah yang coba diulas oleh Riris Ahyu Hanipah mahasiswa Prodi Pend. Seni Tari dan Musik Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dalam skripsinya. Dan selamat telah menempuh ujian skripsi yang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2016 yang lalu di Gedung E8.206. Semoga ilmunya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

id_IDIndonesian